SLMPTN JMPL KK™

Thanks, stripgenerator.com

with 2 comments

Written by SlempitanJempolKaki™

May 1, 2011 at 5:40 pm

Posted in Uncategorized

Sebuah Cerita : Edi

with one comment

Malam ini, giliran Edi patroli malam. Sudah bertahun-tahun lamanya, Edi mengabdi negara menjadi polisi lalu lintas. Jadwal malam, kerja di hari lebaran sudah jadi santapan pahit yang harus ditelan. Kondisi inilah yang belakangan selalu diributkan istri Edi. Keluarga Edi sedang tidak harmonis.

Malam ini, Edi patroli sendirian. Rekannya, Siswanto, sedang ada urusan mendadak di kantor. Sepertinya sedang menyusun berkas tentang kasus tawuran pelajar. Kerja tambahan gara-gara ulah orang lain.

“Dasar orang-orang kutukupret. Payah..,” pikir Edi.

Sepanjang jalan mata Edi tidak sepenuhnya menatap ke jalan. Pikirannya masih terbayang amarah istrinya tadi pagi. Kembali meributkan hal yang sama. Bagi Edi, kerja malam adalah konsekuensi. Tapi bagi istrinya, keberadaan Edi adalah kebutuhan. Pikiran-pikiran inilah yang sekarang sering menghinggapi.

Hingga pada akhirnya lamunannya bubar.. Dia segera menepikan mobilnya karena di depan tampak kerumunan orang. Kecelakaan.
Warga segera melambaikan tangan. Tampak di belakangnya seseorang digotong oleh beberapa orang.

“Pak, tolong selamatkan orang ini. Masih ada yang lain di dalam,” begitu pintanya.

Tanpa bertanya Edi langsung membawa orang ini ke kantornya. Tampak pendarahan di kepalanya. Orang itu terus memegang kepala dengan segumpal kain. Lokasi kecelakaan memang tidak terlalu jauh dengan kantornya. Segera Edi memapah orang itu menuju kantornya. Tampak dari dalam, Siswanto muncul dengan tegang dan membantunya menggotong orang ini.

Tiba-tiba orang ini berteriak histeris..

“Tolong teman saya Pak!!”
“Saya membunuhnya!!”
Dua kalimat itu terus berulang-ulang diteriakkan. Siswanto berusaha menenangkannya. Edi menepuk pundak Siswanto,

“Wan, aku balik ke lokasi. Sepertinya masih ada korban lain.” Siswanto mengangguk.

Setiba di lokasi, tampaknya warga sudah berhasil mengeluarkan korban satunya. Wanita berambut panjang. Warga mencoba memperingatkan,

“Pak, yang ini parah. Segera dibawa rumah sakit di kota, Pak.”

Walau Edi seorang polisi, tapi dia masih merasa bergetar melihat darah yang keluar dari wanita itu. Hampir seluruh wajahnya berwarna merah. Ya, yang ini lebih parah. Hampir dia tidak dapat mengenali wajah wanita itu. Sebisa mungkin Edi menekan pedal gas disertai raungan sirene. Setibanya di rumah sakit, terlihat perawat yang sudah siap siaga. Mereka dengan cekatan mengambil wanita itu dan menghilang masuk ke ruang UGD.

Tidak lama kemudian, seorang perawat pria keluar dari ruang UGD. Wajahnya tampak tegang dan berkeringat. Dia menggelengkan kepala dan memberikan dompet wanita tersebut ke Edi. Seperti biasa, Edi langsung mencari tanda pengenalnya. Bersiap menghubungi keluarganya. Bagian yang paling enggan dia lakukan.

Dan ketika Edi melihat tanda pengenal, foto itu tidak asing bagi dia. Apalagi namanya. Pada saat bersamaan, dia melihat seseorang berlarian tergopoh dari ujung lorong. Orang yang dia kenali. Rekan kerja selama bertahun-tahun.

“Wan, ini anakmu…”

—ooo—

Pemakaman itu selesai sekitar jam 3 sore. Siswanto terlihat tegar, namun istrinya tampak terpukul. Tidak henti-hentinya dia mengusapkan air matanya. Mukanya sudah membengkak oleh air mata. Pemandangan ini, entah kenapa, membuat pegangan tanganku ke wanita di sebelahku makin erat. Istriku. Tampak lebih gemuk. Perutnya sudah mulai membuncit.

“Inikah yang membuatmu selalu kawatir…”

“Sebuah Cerita” dari sisi Siswanto

“Sebuah Cerita” dari sisi Dian

 

Written by SlempitanJempolKaki™

February 3, 2011 at 2:42 pm

Posted in Uncategorized

buddy stay buddy

with one comment

Kalo barang biasa,
Kalo ilang ya ilang..
Itu aja.. Udah..

Kalo barang istimewa,
Kalo ilang ya kelangan..
Gak cuma itu aja.. Ya, gak udah…

Its nice to be your buddy…
It is present, not past..
It means you are still our buddy.. Wherever you are.. 😀

Written by SlempitanJempolKaki™

January 13, 2011 at 9:55 pm

Posted in Uncategorized

[Side A] : SATU

with 3 comments

Hai, namaku Dion. Itulah nama yang sering kuberi jika ada orang yang berkenalan. Tidak ada kartu nama. Cukup lisan saja. Well, kupikir itulah nama yang paling oke didengar, ketimbang Wadi atau Yono.
Ya.. Nama lengkapku Wadiono. Asal Brebes. Aku tidak mengganti nama, bahkan panggilanku masih beraroma nama asliku. Paling tidak, itulah bentuk rasa terima kasih kepada orangtuaku yang telah memberi nama.

Wadiono.. Bahkan mencari artinya di Google pun sulit..

Sudahlah, aku tidak mau menambah kerumitan lagi di pagi hari ini. Hidupku sudah rumit. Banyak deadline berita yang terlewat. Dan hari ini adalah deadline terakhir dari boss. Dan tidak terlintas sekalipun hal-hal yang menarik bagiku untuk dijadikan berita. Semuanya terlihat sama. Monoton. Membosankan. Tapi alasan ini tidak cukup menyakinkan boss untuk tidak memecatku jika deadline kali ini tidak terpenuhi.

Lebih tentang slempitan ini…

Written by SlempitanJempolKaki™

January 8, 2011 at 9:33 pm

Posted in Uncategorized

Mmm… Sorry, no title rite now..

with one comment

Hai..
Mmm…
….
Eh..
Errr…
Fufufu…

*lagak orang udah lama gak ketemu dan gak yakin mau nyapa…


Be safety and dont use peci, buddy…

Written by SlempitanJempolKaki™

January 8, 2011 at 8:09 pm

Posted in Uncategorized